Gajah Mada merupakan nama yang menggema dalam sejarah Nusantara. Sosok Mahapatih Majapahit ini terkenal dengan Sumpah Palapa-nya yang membulatkan tekad untuk mempersatukan wilayah Nusantara.
Asal-Usul Gajah Mada
Di balik kemegahan kiprahnya, asal-usul Gajah Mada masih banyak menyimpan misteri. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai asal-usul Gajah Mada yaitu:
Kelahiran Gajah Mada
Berbeda dengan kisahnya yang sangat bagus, informasi mengenai kelahiran Gajah Mada masih diselimuti kabut misteri. Baik tahun maupun tempat kelahirannya masih terjadi perdebatan para ahli sejarah.
Beberapa teori mengemukakan kemungkinan tahun kelahirannya antara tahun 1290 hingga 1313. Ada yang menyebut Mada nama aslinya yang lahir di Desa Mada, Lamongan. Sementara teori lain menunjukkan kemungkinan kelahirannya di daerah Trowulan, Mojokerto, atau bahkan di luar Jawa.
Orang Tua Gajah Mada
Identitas orang tua Gajah Mada pun tak luput dari misteri. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ayahandanya bernama Mada, seorang Brahmana dari daerah Daha. Sementara informasi mengenai ibu Gajah Mada masih tersimpang siur.
Meski asal-usul Gajah Mada masih menyisakan banyak pertanyaan, kiprahnya dalam sejarah Nusantara jelas masih tak tertandingi.
Jejak Karier Gajah Mada
Gajah Mada merupakan nama yang tak asing bagi bangsa Indonesia. Sosoknya identik dengan Kerajaan Majapahit dan Sumpah Palapa yang menggema, mengantarkan kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara ini menuju puncak kejayaannya.
Namun, tahukah Anda bagaimana perjalanan jejak karier Gajah Mada sebelum ia mencapai puncak kejayaannya diangkat sebagai Mahapatih Majapahit?
Awal Mula Karier Gajah Mada
Gajah Mada lahir di Desa Mada, dekat Trowulan, sekitar tahun 1290. Sejak muda, Gajah Mada menunjukkan bakat dan kecerdasannya, membuatnya dihormati dan disegani.
Pada tahun 1313, Gajah Mada bergabung dengan pasukan Bhayangkara yang merupakan pasukan pengawal elit raja Majapahit, Raden Wijaya. Keberanian dan kecakapannya dalam pertempuran mengantarkannya naik pangkat dengan cepat.
Meniti Karir di Bawah Kepemimpinan Raja Jayanegara
Pada masa pemerintahan Raja Jayanegara, Gajah Mada menunjukkan kesetiaannya dan berhasil menggagalkan pemberontakan Ra Kuti di Sadeng (1331). Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha (1332), sebuah wilayah penting di kerajaan Majapahit.
Kebangkitan Gajah Mada di Era Tribhuwana Tunggadewi
Keberhasilan Gajah Mada dalam menumpas pemberontakan Keta (1334) semakin memantapkan posisinya. Di bawah kepemimpinan Ratu Tribhuwana Tunggadewi, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit (1336) dengan gelar “Kanigara.”
Sumpah Palapa dan Puncak Kejayaan Majapahit
Pada upacara pengangkatannya sebagai Mahapatih, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menggetarkan, berjanji untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah panji Majapahit.
Sumpah Palapa kompas menjadi Gajah Mada dalam memimpin kerajaan. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit berhasil memperluas wilayahnya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan bahkan hingga ke Semenanjung Malaya.
Akhir Karier Gajah Mada
Keberhasilan Gajah Mada dalam menyatukan Nusantara mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Namun, kisahnya berakhir tragis dalam peristiwa Perang Bubat (1357), di mana Gajah Mada dikabarkan gugur.
Meski sudah tiada, nama Gajah Mada tetap abadi sebagai Mahapatih legendaris yang mengantarkan Majapahit ke masa keemasannya. Semangat dan visinya terus menginspirasi bangsa Indonesia hingga saat ini.
Jejak karier Gajah Mada merupakan kisah inspiratif tentang seorang pemimpin yang berani, visioner, dan memiliki dedikasi tinggi untuk negaranya. Kegigihannya dalam mewujudkan Sumpah Palapa menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Kesaktian Gajah Mada
Gajah Mada merupakan seorang Mahapatih Majapahit yang tersohor dan tak hanya dikenal dengan Sumpah Palapa-nya yang menggetarkan. Sosoknya pun diselimuti berbagai kisah tentang kesaktiannya yang luar biasa.
Namun, kita perlu memisahkan fakta dengan legenda dalam kisah-kisah ini bukanlah perkara mudah. Banyak cerita yang beredar turun-temurun yang telah dibumbui dengan unsur magis dan fantastis.
Berikut beberapa kesaktian Gajah Mada yang sering diceritakan tersebut adalah:
Aji Gelap Ngampar
Konon, Gajah Mada mampu menghilang dan muncul di tempat lain dengan sekejap. Ilmu ini disebut Aji Gelap Ngampar. Kemampuan ini yakin membantu dalam menjalankan tugas kenegaraan dan menghindari bahaya.
Aji Saipi Angin
Ilmu ini memungkinkan Gajah Mada bergerak dengan kecepatan luar biasa, bahkan melebihi kecepatan angin. Kemampuan ini konon membantu dalam memimpin pasukan dan menyelesaikan misi penting dengan cepat.
Aji Mundri
Aji Mundri yakin membuat Gajah Mada kebal terhadap senjata dan serangan fisik. Kemampuan ini membuatnya tak terkalahkan dalam pertempuran dan meningkatkan kewibawaannya di hadapan musuh.
Tapa Brata
Gajah Mada dikisahkan melakukan berbagai ritual tapa brata untuk mendapatkan kesaktiannya. Ritual ini termasuk berpuasa, merenung, dan mengasingkan diri di tempat terpencil.
Keramat Peninggalan
Beberapa benda pusaka Gajah Mada, seperti tongkat komando dan cincinnya, diyakini memiliki kekuatan magis. Benda-benda ini diwariskan turun-temurun dan konon masih menyimpan sisa kesaktiannya.
Penting untuk diingat bahwa banyak kisah tentang kesaktian Gajah Mada yang telah bercampur dengan legenda dan mitos. Meskipun tidak terdapat bukti ilmiah yang meyakinkan, kisah-kisah ini tetap hidup dan diceritakan kembali sebagai bagian dari budaya dan sejarah Indonesia. Kesaktiannya baik fakta maupun legenda telah menjadi simbol kekuatan dan kebijaksanaannya, serta pengabdiannya yang luar biasa kepada Kerajaan Majapahit.
Istri Gajah Mada
Gajah Mada merupakan seorang mahapatih legendaris Majapahit yang dikenal dengan Sumpah Palapa-nya. Namun, kisah cintanya masih banyak diselimuti misteri. Siapakah sebenarnya istri Gajah Mada?
Informasi mengenai istri Gajah Mada sangatlah terbatas. Naskah kuno seperti Pararaton, Negarakertagama, dan Desawarnana tidak menyebutkan secara gamblang tentang pernikahannya.
Gajah Mada merupakan seorang Mahapatih yang dikenang karena Sumpah Palapanya, berjanji untuk menahan diri dari kenikmatan duniawi sampai ia berhasil menyatukan Nusantara. Salah satu kenikmatan duniawi bagi pria adalah perempuan. Ada tiga perempuan yang dikaitkan dengan Gajah Mada dalam berbagai sumber.
Wanita pertama yang pernah terkait dengan Gajah Mada yaitu Puranti seorang putri Demang Suryanata dari Kerajaan Kahuripan. Gajah Mada yang saat itu masih seorang prajurit biasa di Kerajaan Kahuripan telah jatuh cinta pada Puranti. Namun, ketika cinta mereka mulai bersemi, Puranti dilamar oleh Raden Damar yang merupakan putra seorang patih di Kahuripan. Gajah Mada yang hanya seorang prajurit biasa harus menerima kenyataan dan mengalah demi kebahagiaan Puranti.
Wanita kedua yang pernah terkait dengan Gajah Mada yaitu Dyah Pitaloka Citaresmi seorang putri Kerajaan Sunda yang terkenal akan kecantikannya pada masa itu. Kisah cinta mereka dimulai sebelum Gajah Mada dilantik menjadi prajurit Bhayangkara.
Wanita ketiga yang pernah terkait dengan Gajah Mada yaitu Ni Luh Ayu Sekarini seorang putri Ki Dukuh Gedangan dari Kerajaan Bali. Menurut Prasasti Aria Bebed, Gajah Mada dikisahkan menikah dengan Ni Luh Ayu Sekarini dan dikaruniai seorang putra bernama Aria Bebed. Saat penaklukan Bali, Gajah Mada sering bertemu dengan Ni Luh Ayu Sekarini dan akhirnya jatuh cinta. Mereka menikah dan Ni Luh Ayu Sekarini mengandung. Namun, sebelum anak mereka lahir, Gajah Mada harus kembali ke Majapahit karena dipanggil Ratu Tribhuwana Tunggadewi.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa meskipun Gajah Mada berjanji untuk menahan diri dari kenikmatan duniawi, ia tetap manusia yang memiliki perasaan dan emosi. Kisah-kisah ini juga memberikan gambaran tentang kehidupan pribadi Gajah Mada di luar perannya sebagai seorang Mahapatih.
Makam Gajah Mada
Gajah Mada merupakan sang Mahapatih tersohor dari Kerajaan Majapahit, namanya terukir dalam sejarah dengan Sumpah Palapanya yang menggema. Namun, setelah Perang Bubat tahun 1357, kisahnya diselimuti misteri, termasuk peristirahatan terakhirnya. Di mana Gajah Mada dimakamkan?
Menjelajahi Lima Tempat yang Dipercaya :
Situs Wadu Nocu, Bima
Dipercaya sebagai makam Gajah Mada berdasarkan keyakinan turun-temurun. Bentuk makamnya unik, seperti sumur bundar dengan susunan batu sungai tanpa nisan. Bima sendiri pernah ditaklukkan Gajah Mada, memperkuat keyakinan ini.
Selaparang, Lombok
Terdapat makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan Gajah Mada. Bentuknya mirip dengan Wadu Nocu, yaitu sumur bundar dari batu sungai.
Makam Barat Ketiga, Tuban
Masyarakat Tuban meyakini Gajah Mada dimakamkan di sini. Disebut Barat Ketiga, Merujuk pada istilah “angin kemarau” dalam bahasa Jawa.
Pugung Tampak, Lampung
Konon, kapal Gajah Mada tenggelam di perairan Pugung, dan ia dimakamkan di Pekon Pugung setelah wafat. Peninggalan seperti keris, mahkota, dan pedang ditemukan di sini.
Gundukan Tanah Merah
Dahulu, lokasi makam Gajah Mada hanyalah gundukan tanah merah. Baru pada tahun 1981 dan 2010, dilakukan pembangunan pagar dan perbaikan lantai di sekitarnya.
Meskipun terdapat lima lokasi yang dikaitkan dengan Gajah Mada, kepastian tentang makamnya masih menjadi misteri. Setiap tempat memiliki cerita dan keyakinannya sendiri, menanti penelitian lebih lanjut untuk membuka tabir tentang istirahat terakhir sang Mahapatih.
Kesimpulan
Asal Usul yang Terselubung Misteri
Kisah Gajah Mada, Mahapatih Majapahit yang tersohor, diselimuti misteri, termasuk asal-usulnya. Tahun dan tempat kelahirannya masih diperdebatkan. Teori-teori menyebutkan kemungkinan tahun kelahirannya antara 1290 hingga 1313. Lahir di Desa Mada, Lamongan, atau Trowulan, Mojokerto, bahkan di luar Jawa. Identitas orang tua pun tak luput dari misteri. Ayahnya, Mada, mungkin seorang Brahmana dari Daha. Ibu Gajah Mada masih menyimpan siur.
Jejak Karier yang Gemilang
Gajah Mada bergabung dengan pasukan Bhayangkara pada tahun 1313. Keberanian dan kecakapannya mengantarkannya naik pangkat. Di bawah Raja Jayanegara, ia menggagalkan pemberontakan Ra Kuti dan menjadi Patih Daha (1332). Pada masa Ratu Tribhuwana Tunggadewi, ia diangkat menjadi Mahapatih Majapahit (1336) dengan gelar “Kanigara.”
Sumpah Palapa dan Puncak Kejayaan Majapahit
Sumpah Palapa Gajah Mada menggema, berjanji untuk menyatukan Nusantara. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit berhasil memperluas wilayahnya hingga ke Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Semenanjung Malaya.
Akhir Karier yang Tragis
Kisah Gajah Mada berakhir tragis dalam Perang Bubat (1357). Meski wafat, namanya abadi sebagai Mahapatih legendaris. Semangat dan visinya terus menginspirasi bangsa Indonesia.
Kesaktian Gajah Mada
Gajah Mada diselimuti kisah-kisah kesaktian, seperti Aji Gelap Ngampar, Aji Saipi Angin, Aji Mundri, dan Tapa Brata. Keramat peninggalannya pun diyakini memiliki kekuatan magis. Penting untuk diingat bahwa banyak kisah ini bercampur dengan legenda dan mitos.
Istri Gajah Mada
Informasi tentang istri Gajah Mada sangat terbatas. Tiga perempuan dikaitkan dengannya: Puranti, Dyah Pitaloka Citaresmi, dan Ni Luh Ayu Sekarini. Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa Gajah Mada tetaplah manusia yang memiliki perasaan dan emosi.
Misteri Makam Gajah Mada
Lokasi Makam Gajah Mada masih menjadi misteri. Lima tempat dikaitkan dengannya: Situs Wadu Nocu, Bima; Selaparang, Lombok; Makam Barat Ketiga, Tuban; Pugung Tampak, Lampung; dan Gundukan Tanah Merah. Setiap tempat memiliki cerita dan keyakinannya sendiri.
Penutup
Gajah Mada merupakan sosok inspiratif dengan dedikasi tinggi untuk negaranya. Kegigihannya dalam mewujudkan Sumpah Palapa menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Demikian penjelasan mengenai gajah mada, semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk anda. Anak anda kesulitan membaca dan menulis? Daftarkan segera untuk mengikuti bimbingan les privat terpercaya di Edumaster Privat.