Apa itu Helicopter Parenting? Mungkin masih banyak orang yang belum mengenal atau bahkan mendengar istilah ini. Padahal tak sedikit orang tua yang mungkin tak sadar telah melakukannya saat mendidik anak-anaknya. Kekhawatiran yang berlebihan mendorong orang tua untuk melindungi anak-anakya secara berlebihan.

Helicopter parenting adalah pola asuh yang dilakukan oleh orangtua yang terlalu berlebihan trhadap anak. Sehingga dalam setiap kegiatan anak maka sang anak selalu dalam bayang-bayang orangtua laksana putaran helikopter.

Secara singkat ini adalah suatu pola asuh orangtua pada anak yang sangat over protective. Kemanapun dan apapun yang dilakukan oleh anak maka orangtua akan selalu mengawasi anak.

Sebagian pihak menilai cara mendidik ini adalah sikap berlebihan yang dilaksanakan oleh orangtua dalam menerapkan pola asuh pada anak. Bisa dikatakan pula bahwa istilah pola asuh ini sebagai suatu gambaran besar tentang pola asuh orangtua yang selalu mengawasi anak setiap saat bagaikan baling-baling helikopter.

mengenal helicopter parenting

Dalam hal ini, sangat jelas pola asuh pada anak yang bersifat berlebihan sangat tidak baik bagi perkembangan anak.Dampaknya bisa membuat anak menjadi tidak mandiri sampai memiliki karakter jahat.

Dapat pula dikatakan, pola asuh helikopter merupakan niat baik orangtua dalam menjaga anak setiap waktu. Namun cara yang dilakukan oleh orangtua adalah salah dan berlebihan.

Pola asuh ini ditandai dengan sikap orangtua yang terlalu konsentrasi dalam mengasuh anak. Tak sedetikpun orangtua rela melepaskan pandangannya dalam mengasuh anak. Mirip sekali dengan pola asuh over protective. Orangtua melakukan ikut campur atas permasalahan dan aktifitas pada anak. Orangtua mengatur dan mengasuh anak agar bisa mengikuti apa yang ia inginkan.

Helicopter Parenting

Munculnya istilah helicopter parenting sudah ada sejak tahun 1969. Adapun orang yang mula-mula menggunakan istilah ini adalah Dr Haim Ginott yang dituliskan pada buku karya tulisnya berjudul Parents And Teenagers. Istilah tersebut semakin populer di kalangan para remaja  sampai sekarang.

Pola pengasuhan pada anak yang dilakukan oleh setiap orangtua berbeda-beda. Ada yang mengasuh anak menggunakan pola asuh yang longgar pengawasan. Ada pula orangtua yang sangat protektif dan mengekang dalam mengasuh anak. Dalam hal ini yang bijak adalah menerapkan pola asuh pertengahan. Yang mana tidak terlalu longgar dan tidak terlalu mengekang.

helicopter parenting adalah

Pada dasarnya setiap orangtua sudah diberikan karunia kasih sayang dan rasa cinta kepada anak-anak mereka. Sehingga orangtua selalu ingin memberikan yang paling bagus kepada anaknya. Orangtua tidak mengharapkan anaknya hidup sengsara dan menderita serta hal yang jelek terjadi pada anak mereka. Oleh sebab itu, orangtua seringkali terjebak dengan melakukan pengasuhan pada anak secara berlebihan atau over protectif.

Orangtua tidak membiarkan anaknya beraktifitas bebas. Orangtua akan selalu mengawasi kondisi anak setiap waktu. Secara tak langsung, orangtua telah terjebak pada pola asuh helikopter yang justru bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak di masa depan.

Dapat disimpulkan bahwa pola asuh ini adalah pola pengasuhan pada anak yang kurang baik dilakukan oleh orangtua. Karena sifatnya yang berlebihan. Sedangkan segala sesuatu yang berlebihan kurang baik. Sama seperti pola asuh helicopter yang berlebihan dalam mengasuh anak.

Sifat terlalu akan tampak pada pola pengasuhan ini. Seperti terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi anak, terlalu ikut campur pada urusan anak, dan lain sebagainya. Istilah tersebut semakin kuat ketika anak menempuh kuliah atau duduk di bangku SMA. Yang menjadi kelemahan dan dampak buruk helicopter parenting akan membuat anak tidak mengenal betul dirinya sendiri.

Niat baik orangtua dengan mengasuh anak secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan kepribadian anak. Sang anak tidak akan bisa bersikap mandiri seperti halnya anak-anak pada umum lainnya.

Pengertian Helicopter Parenting Adalah

Helicopter parenting adalah pola asuh yang dilakukan orangtua pada anak secara berlebihan dan mengekang anak. Istilah ini juga popular dengan sebutan cosseting parent atau cosseter.

helicopter parenting

Pada pola asuh ini orangtua tidak membiarkan anak bertindak bebas. Orangtua akan selalu disamping anak dalam mengawasi dan memberikan pengarahan pada anak atas segala tingkah lakunya. Pola asuh semacam ini bisa diterapkan pada segala usia anak. Seperti usia sekolah dasar, usia TK, anak remaja SMP, SMA hingga anak kuliah.

Pola asuh ini juga merupakana bentuk lain toxic parenting. Orangtua yang menggunakan pengasuhan ini akan sering melakukan pemaksaan kehendaknya pada anak. Anak tidak diberikan kebebasan dalam memilih. Seperti orangtua yang menentukan sendiri kegiatan belajar dan bermain anak, pengajar bagi anak hingga sekolah dan kelas bagi anak. Kemudian orangtua memaksa anak untuk memilih berteman dengan orang-orang yang orangtua kehendakinya.

Penyebab Helicopter Parenting

Sekarang timbul pertanyaan apa yang menyebabkan orangtua menerapkan pola asuh helikopter? Untuk lebih lengkapnya, berikut ini beberapa penyebab orangtua menerapkan helicopter parenting pada anak tercinta tanpa disadarinya.

1.Ketakutan anak mengalami kegagalan

Kegagalan dan kesuksesan adalah hal biasa dalam kehidupan. Dan semua itu perlu dipahami pada setiap anak. Hal tersebut tidak disadari oleh orangtua. Orangtua tidak ingin anaknya mengalami kegagalan. Sehingga orangtua sangat over protectif dalam mengasuh anak.

2.Rasa khawatir berlebihan

Penyebab munculnya pola pengasuhan ini juga karena munculnya sikap khawatir orang tua pada anak. Khawatir anak terluka dan terjadi hal yang buruk dan terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi pada anak.

Ciri-Ciri Helicopter Parenting

Berikut ini ciri-ciri atau tanda-tanda orangtua menerapkan pola asuh helicopter parenting pada anak, antara lain :

1.Turut campur dengan permasalahan anak secara berlebihan

Salah satu ciri orangtua yang menjalankan pola asuh helikopter adalah selalu ikut campur dalam masalah anak. Contohnya anak bermasalah atau berkelahi dengan lingkungan teman bermainnya atau sekolah.

dampak buruk helicopter parenting

Orang tua kemudian mendatangi orang tua anak tersebut untuk menyelesaikan masalah dengan anaknya. Sehingga persoalan anak menjadi persoalan orangtua. Padahal orangtua lebih baik membiarkan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Sekaligus mendidik anak untuk bisa bersikap mandiri dan mencari jalan keluar sendiri.

2.Menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) anak

Tanda yang sangat jelas dari orangtua yang menerapkan pola asuh ini adalah menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) anak oleh dirinya sendiri. Orangtua ikut campur dengan tugas sekolah anak. Justru orangtua yang mengerjakan PR anak. Hal itu sangat tidak bagus bagi perkembangan anak.

Karena akan membuat anak tidak mandiri atau ketergantungan pada orangtua sekaligus menurunkan kemampuan akademis dan intelektual anak. Bahkan anak menjadi tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal sekolah.

Padahal sebagai orangtua yang bijak seharusnya membiarkan dan mendorong anak untuk mengerjakan PR sendiri. Membiarkan anak mencari jalan keluarnya yang kreatif dalam menyelesaikan soal. Kalau anak tidak bisa mengerjakan soal PR dan memerlukan bantuan maka orangtua bisa membantu menyelesaikan PR sekolah tersebut melalui saran dan bimbingan.

Dampak Helicopter Parenting

Setiap pola pengasuhan pada anak mempunyai dampak masing-masing. Pola pengasuhan yang baik pada anak akan memberikan dampak baik bagi anak. Begitu pula pola pengasuhan yang tidak baik akan berakibat pada dampak buruk bagi anak.

dampak helicopter parenting

Seperti halnya kesalahan dalam mendidik anak, pola asuh helikopter yang mempunyai dampak bagi anak. Namun yang didapatkan adalah dampak negatif yang diperoleh anak. Berikut ini dampak helicopter parenting pada anak, antara lain :

1.Tidak sanggup berhadapan dengan situasi gagal

Pola asuh helikopter tidak membiarkan anak berada dalam kesulitan. Orangtua selalu memperhatikan dan melihat kondisi anak. Orangtua memastikan kondisi anak baik-baik saja. Orangtua sangat berlebihan dalam memperlakukan dan mengasuh anak sampai persoalan spesifik anak.

Hal tersebut membuat anak tergantung sekali dengan orangtua. Orangtua tidak membiarkan anak bebas dengan sikap dan tindakan sendiri. Orangtua mengatur segala sikap dan tindakan pada anak dan menjauhkan anak dari segala bahaya dan membuat anak kecewa.

Seiring berjalan waktu, sang anak tidak mengenal rasanya kegagalan dan kekecewaan. Pada saat sang anak harus menghadapi kegagalan tanpa kehadiran orangtuanya maka sang anak tidak sanggup menghadapinya.

2.Rendahnya tingkat kepercayaan diri anak

Segala urusan anak sampai hal kecil yang ditangani oleh orangtua membuat anak merasa orangtuanya tidak mempercayai terhadap kemampuannya. Dampak helicopter parenting ini akan membuat anak  tidak mandiri dan merasa rendah diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.

3.Rasa khawatir berlebihan

Munculnya pola pengasuhan ini tidak bisa lepas dari sikap orangtua yang sangat cemas dalam kehidupan sehari-hari terhadap kondisi anak. Hal tersebut justru memicu anak menjadi pribadi yang cemas berlebihan seperti yang dicontohkan oleh orangtuanya. Seiring dengan ketakutan dan kecemasan berlebihan pada anak bisa membuat anak depresi.

apa itu helicopter parenting

Dengan demikian sangat jelas bahwa pola pengasuhan ini bukan cara terbaik mengasuh anak. Karena dampak negatifnya lebih banyak dirasakan oleh anak sendiri. Seperti berkurangnya kemampuan dasar anak. Seperti mencuci pakaian, mencuci piring, membersihkan lantai, dan memasang sepatu dan tali sepatunya.

Yang paling berbahaya lainnya dari pola asuh helikopter bisa membuat hubungan anak dan orangtua akan renggang. Karena pola asuh ini akan lebih memicu orang tua selalu mengomel bahkan memarahi anak hingga sang anak memilih menjauh dari orangtua.

Yang paling nyata lainnya, helicopter parenting membuat anak lebih agresif dan sangat bergantung pada orangtua. Anak menjadi pribadi yang tidak mandiri selama hidupnya. Hal tersebut tentu sangat membahayakan bagi perkembangan anak ke depannya.