Ketika anak memasuki usia toddler, sudah waktunya untuk memahami gimana cara melatih toilet training pada anak umur 2-4 tahun. Sangat penting bagi anak-anak untuk menguasai keterampilan menggunakan toilet secara mandiri. Akan tetapi, untuk membuat anak siap untuk mengerjakannya orang tua patut untuk mempertimbangkan beberapa hal lain.
Proses pembelajaran untuk melakukan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet yang dilakukan seperti orang dewasa disebut dengan pelatihan toilet. Itu sebabnya anak-anak dididik untuk menghindari buang air besar serta buang air kecil di popok seperti yang seringkali mereka lakukan. Tujuan dari training toilet bukan cuma mengajarkan anak cara menggunakan toilet, tapi juga memasukkannya ke dalam tahap pertumbuhan anak.
Toilet training adalah metode untuk mengajarkan anak-anak cara menggunakan toilet seperti yang dilakukan orang dewasa, menurut situs web Parents. Di titik ini, anak akan dibiasakan untuk tidak lagi buang air besar di popok seperti yang ia lakukan sebelumnya.
Umur Berapa Mengenalkan Toilet Training pada Anak?
Berdasarkan halaman resmi Mayo Clinic, umur anak bukan satu-satunya aspek yang menentukan kesuksesan instruksi toilet; perkembangan, perilaku, serta kebiasaan anak pun berpengaruh. Anak-anak terkadang telah terlihat siap untuk instruksi toilet training saat mereka berumur 18 bulan, tapi yang lain mungkin baru terlihat dapat mengerjakannya saat mereka berusia 3 tahun.
Baca Juga : Mengenal Usia Toddler: Masa dan Fase Perkembangannya
Anak-anak kebanyakan siap untuk belajar buang air kecil pada umur delapan belas bulan sampai dua tahun. Akan tetapi, pada umur dua sampai tiga tahun, beberapa besar anak-anak telah siap untuk belajar buang air kecil. Walaupun demikian, kamu perlu menyadari jika setiap anak berbeda. Janganlah tergesa-gesa bila anak umur tiga tahun belum menunjukkan tanda-tanda siap. Anak kamu mungkin harus waktu lebih lama untuk mulai buang air besar secara langsung. Oleh sebab itu, jangan bergantung hanya pada umur anak; perhatikan tanda-tanda yang membuktikan kalau anak telah siap untuk belajar memakai toilet.
Tanda Anak Siap Menjalani Toilet Training
Tiap anak mempunyai tingkat perkembangan yang berbeda-beda, jadi umur tidak bisa digunakan sebagai ukuran seberapa sedia anak untuk bimbingan toilet. Akan tetapi anak kebanyakan siap untuk latihan toilet saat umurnya 1,5 tahun ataupun dua tahun.
Anak perempuan umumnya lebih tertarik untuk belajar toilet traning dari anak laki-laki, alhasil mereka lebih cepat memahaminya ketimbang dengan anak laki-laki. Lihat kesiapan fisik serta mental anak untuk memahami kapan pastinya mereka siap untuk latihan toilet. Saat anak mampu mengatur hasratnya untuk buang air besar dan buang air kecil, hal itu menunjukkan bahwa ia sudah siap secara fisik.
Baca Juga : Panduan Mengenali Program Parenting Toddler Lengkap
Selain itu, ada kesiapan fisik lainnya yang dapat menunjukkan bahwa anak sudah siap untuk memulai toilet training, antara lain:
- Terdapat tanda-tanda tertentu pada anak yang menunjukkan bahwa mereka sedang menahan buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB).
- Popok tetap kering ketika bangun pagi atau setelah digunakan selama 2 jam.
- Tidak buang air besar di dalam popok pada malam hari.
- BAB dapat muncul setiap hari pada waktu yang sama atau pada waktu yang tidak terduga.
- Anak dapat membuka dan mengenakan pakaian serta dapat berinteraksi mengenai penggunaan toilet.
Tidak sama dengan persiapan fisik, kesiapan emosional memerlukan waktu yang lebih panjang. Berikut adalah indikator bahwa anak sudah siap secara emosional untuk memulai toilet training:
- Dia akan menunjukkan ketidaknyamanan jika popoknya basah atau kotor dan akan meminta untuk diganti dengan popok yang bersih.
- Lebih memilih menggunakan celana dalam daripada diaper.
- Menunjukkan minatnya saat orang tuanya sedang menggunakan toilet.
- Memberitahukan kepada orang tuanya ketika merasa perlu ke toilet.
- Menghentikan kegiatannya atau menjauh dari orang lain ketika menyadari bahwa dirinya perlu buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB), meskipun sedang memakai popok.
- Antusias menjalani seluruh tahapan pelatihan toilet.
Cara Melatih Toilet Training pada Anak Umur 2-4 Tahun
Orang tua harus mempunyai ketekunan dalam melatih anak mengenai toilet training. Karna cara training toilet beraneka ragam untuk masing-masing anak. Anak-anak siap dengan lebih cepat ketimbang yang lain.
Apa pun sebabnya orang tua tidak harus membandingkan anak dengan anak lainnya ataupun saudaranya.
Berikut ialah cara-cara melatih toilet training pada anak usia 2-4 tahun yang dapat kamu coba:
Kenali Tahapan yang Perlu Dilalui Anak Saat Hendak BAB ataupun BAK
Untuk melatih anak melakukan toilet training, hal yang paling krusial adalah memahami terlebih dahulu tahap-tahap yang dialami anak ketika mereka merasa ingin buang air besar atau buang air kecil, seperti di bawah
- Anak patut merasakan terdapatnya titik berat di kandung kemih ataupun rasa mulas.
- Anak harus mengaitkan perasaan itu dengan apa yang terjadi di dalam tubuhnya.
- Anak belajar menanggapi tanda-tanda itu dengan ‘berlari’ menuju kloset ataupun pispot.
Sesampainya di sana, dia harus ingat gimana cara melepas pakaiannya, metode memposisikan dirinya secara nyaman di pispot ataupun kloset, dan cara menahan keinginan ini.
Mengetahui Kapan Toilet Training Dapat Dimulai
Lihat seberapa siap dirinya sebelum mengajarkan anak toilet training. karena masing-masing anak memerlukan waktu yang berbeda. Akan tetapi pada usia 18 hingga 24 bulan, otot dan saraf yang mengatur keluarnya feses dan urine baru berkembang. Oleh karna itu, latihan toilet kebanyakan dimulai pada umur dua tahun. Anak-anak dengan kondisi khusus, seperti keterlambatan perkembangan, mungkin lebih lamban memulai latihan toilet.
Pastikan Anak Siap Memulainya
Toilet training dapat dilakukan ketika anak menunjukkan indikasi bahwa mereka sudah siap untuk memulainya. Contohnya:
- Mencontoh cara kamu menggunakan WC.
- Menyampaikan hasrat untuk buang air besar dan buang air kecil secara verbal.
- Memahami instruksi dasar.
- Mulailah menarik celana/popok hingga terlepas saat sudah basah atau kotor.
- Duduk di atas toilet atau WC.
- Jangan melakukan buang air besar atau buang air kecil di pakaian atau popok selama minimal dua hingga tiga jam.
- Mengamati organ genitalnya.
Perhatikan juga indikasi bahwa ia mengalami tekanan di dalam kandung kemih atau usus, seperti posisi jongkok, memegang celana atau popok, menyilangkan kaki, tampak berusaha keras atau meringis, serta bersembunyi di belakang kursi.
Baca Juga : Yuk Kenali Apa itu Toddler Program Learning?
Pastikan Orang Tua Juga Siap
Tidak hanya bagi anak, orang tua pun perlu mempersiapkan diri untuk melatih anak mereka dalam proses toilet training. Oleh karena itu, tentukan momen yang paling cocok untuk memulai.
Kamu dapat mulai memberikan pelajaran ketika tidak ada kesibukan lain atau gangguan yang menghalangi, seperti:
- Saat anak yang lebih besar memiliki berbagai kebutuhan.
- Banyak beban yang dihadapi dari pekerjaan.
- Saat waktu kelahiran anak kamu yang berikutnya semakin dekat.
Beritahukan Anak untuk Keperluan BAB serta BAK
Salah satu rekomendasi untuk mengajarkan anak-anak untuk memakai bahasa yang mudah diucapkan ketika mau BAB serta BAK ialah mengajarkan mereka cara melakukannya. Misalnya, dengan memakai kata “pipis” dan juga “pup”. Yakinkan untuk memberi tahu anak apa arti BAK serta BAB ketika ia melakukannya. Anak-anak akan secara berangsur-angsur memahami proses ini. Dengan demikian, ketahanan orang tua memiliki peran yang sangat krusial dalam mencapai keberhasilan.
Tunjukkan Lokasi yang Perlu Dikunjungi saat Ingin Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Manfaatkan pispot atau toilet duduk sebagai langkah awal dalam mengajarkan anak cara menggunakan toilet. Oleh sebab itu, beritahu anak kamu bahwa saat ia mau BAB ataupun BAK, ia bisa melakukannya di tempat buang air besar ataupun toilet. Jika anak mau BAB serta BAK, beritahu dia di mana kamu meletakkannya.
Buat Jadwal Rutin
Rutinitas membantu anak memahami kapan waktu yang tepat buat ke kamar mandi. Misalnya, membujuk anak ke kamar mandi tiap dua jam ataupun tiap kali mereka menunjukkan isyarat mau buang air besar ataupun kecil. Untuk membuat rutinitas baru, kamu perlu senantiasa konsisten.
Bersabar dan Fleksibel
Proses toilet training memerlukan kesabaran. Setiap anak memiliki ritme belajar yang berbeda. Jangan membandingkan anak Anda dengan anak lain, karena hal ini dapat menimbulkan tekanan yang tidak perlu. Jika anak mengalami regresi atau kembali ke kebiasaan lama, tetap tenang dan lanjutkan dengan pendekatan positif.
Hadapi Tantangan dengan Bijak
Melatih toilet training pada anak usia 2-4 tahun tidak selalu berjalan mulus. Anak bisa menghadapi berbagai tantangan, seperti rasa takut, penolakan, atau kesulitan memahami instruksi. Menghadapi tantangan-tantangan ini membutuhkan pendekatan yang bijak dan penuh empati. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat membantu orang tua:
Tangani Rasa Takut Anak
Beberapa anak merasa takut dengan toilet karena bunyinya yang keras saat menyiram atau ukurannya yang besar. Untuk mengatasi hal ini, coba kenalkan toilet secara bertahap. Anda bisa memulai dengan membiarkan anak duduk di toilet tanpa menggunakannya terlebih dahulu. Jika anak merasa nyaman, ajarkan bahwa bunyi siraman air adalah hal yang normal dan tidak perlu ditakuti.
Selain itu, potty chair bisa menjadi alternatif yang lebih ramah anak karena ukurannya sesuai dengan tubuh mereka. Biarkan anak menghias potty mereka, seperti menambahkan stiker, sehingga mereka merasa memiliki dan lebih bersemangat menggunakannya.
Atasi Penolakan dengan Sabar
Penolakan untuk menggunakan potty atau toilet adalah hal yang wajar, terutama jika anak merasa tertekan atau belum siap. Jangan memaksa anak karena ini dapat menimbulkan resistensi lebih lanjut. Sebaliknya, cobalah untuk mencari tahu alasan di balik penolakan mereka.
- Apakah mereka tidak suka duduk di potty?
- Apakah mereka merasa canggung ketika Anda menunggu di dekat mereka?
- Apakah ada perubahan besar dalam hidup mereka, seperti pindah rumah atau kelahiran adik baru, yang membuat mereka stres?
Jika anak menunjukkan penolakan, beri waktu untuk beristirahat dari toilet training dan coba lagi setelah beberapa minggu. Pastikan proses ini berlangsung dengan santai dan tanpa tekanan.
Hadapi Kecelakaan dengan Tenang
Kecelakaan, seperti mengompol di celana, sering terjadi selama proses toilet training. Ini adalah bagian normal dari pembelajaran, jadi penting untuk tidak memarahi atau menghukum anak.
Sebaliknya, sampaikan bahwa hal tersebut bukan masalah besar dan ajarkan cara mengatasinya. Misalnya, katakan dengan lembut, “Tidak apa-apa. Yuk, kita bersihkan bersama. Lain kali kita coba untuk cepat ke potty, ya.”
Menghadapi kecelakaan dengan sikap positif membantu anak merasa didukung dan tidak takut untuk mencoba lagi.
Berikan Waktu yang Cukup
Setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda. Berhati-hatilah untuk tidak membandingkan anak Anda dengan anak lain yang mungkin lebih cepat mempelajari toilet. Fokuslah pada kemajuan kecil yang mereka tunjukkan, seperti memberi tahu saat ingin buang air atau mencoba duduk di potty, meskipun belum berhasil.
Jika anak butuh waktu lebih lama, cobalah untuk tetap konsisten dan bersabar. Ingat bahwa tekanan atau ekspektasi tinggi justru dapat menghambat proses ini.
Tetap Konsisten Meski Ada Gangguan
Gangguan, seperti perjalanan jauh atau perubahan jadwal, bisa menjadi tantangan tambahan. Dalam situasi seperti ini, usahakan untuk tetap menerapkan rutinitas toilet training sejauh mungkin. Jika perjalanan jauh tidak memungkinkan anak menggunakan potty, bawa alternatif seperti potty portabel atau pelapis tempat duduk toilet yang bisa digunakan di tempat umum.
Libatkan Anak dalam Proses
Biarkan anak memilih perlengkapan toilet mereka, seperti pispot dengan warna atau gambar favorit. Ini dapat memperkuat rasa memiliki dan mendorong semangat mereka untuk belajar.
Demikian pembahasan artikel mengenai cara melatih toilet training pada anak umur 2-4 tahun. Semoga pembahasan tersebut dapat bermanfaat untuk anda. Anak anda kesulitan belajar sendiri dan anda tidak punya waktu, yuk ikuti toddler program Edumaster yang akan membantu anak anda bermain dan belajar untuk membantu perkembangan anak di masa keemasannya.