Daftar Isi
Sejarah Kekaisaran China
Sejarah Kekaisaran China adalah salah satu perjalanan peradaban paling luar biasa dalam sejarah. Mulai dari dinasti pertama sampai kejayaan di bawah berbagai kaisar, cerita ini dipenuhi dengan intrik, penemuan dan prestasi yang membentuk budaya dan politik global. Dengan memahami sejarah ini Anda akan mengetahui cara para kaisar China menggunakan kekuatan mereka dan mengubah wajah Asia serta seluruh dunia. Mari kita selami lebih dalam lagi dan cari tahu tentang warisan yang sangat banyak ditinggalkan oleh salah satu kerajaan terbesar sepanjang masa ini.
Pendirian Kekaisaran China
Pendirian Kekaisaran Tiongkok dimulai dengan bangkitnya Dinasti Qin, yang merupakan simbol lahirnya negara bersatu pertama kali di Tiongkok. Sebelum Dinasti Qin berkuasa, Tiongkok terdiri dari berbagai kerajaan dan negara bagian yang saling berperang satu sama lain selama periode yang dikenal sebagai Periode Negara-negara Berperang (475-221 SM). Di tengah-tengah kekacauan ini, Negara Qin, yang terletak di Tiongkok bagian barat, mulai muncul sebagai kekuatan yang dominan.
Di bawah kepemimpinan Raja Ying Zheng, yang kemudian dikenal sebagai Kaisar Qin Shi Huang, Dinasti Qin melancarkan serangkaian kampanye militer yang agresif untuk menaklukkan dan menyatukan negara-negara yang saling bersaing. Pada tahun 221 SM, setelah berhasil menaklukkan semua negara bagian besar di Tiongkok, Qin Shi Huang memproklamirkan dirinya sebagai kaisar pertama Tiongkok dan mendirikan Dinasti Qin sebagai fondasi pertamanya.
Kekaisaran ini membawa banyak perubahan monumental bagi Tiongkok. Salah satu reformasi tersebut adalah diperkenalkannya sistem administrasi terpusat. Qin Shi Huang membagi kekaisarannya menjadi 36 prefektur yang diawasi langsung oleh pejabat yang ditunjuk olehnya sehingga menghapuskan kekuasaan feodal yang sebelumnya dipegang oleh bangsawan lokal dan memastikan bahwa semua bagian berada di bawah kendali langsung dari pemerintah pusat, Dinasti ini juga menerapkan standar nasional dalam berbagai aspek seperti ukuran berat mata uang, dll. Sistem penulisan juga distandardisasi yang membantu menyatukan kelompok etnis dan bahasa yang berbeda dalam satu budaya yang kohesif, jalan raya dibangun di seluruh kekaisaran bersama dengan terusan untuk rute perdagangan yang menghubungkan berbagai bagian yang memperkuat integrasi ekonomi di antara yang lain.
Qin Shi Huang juga dikenal dengan proyek-proyek konstruksinya yang ambisius seperti pembangunan tahap awal Tembok Besar Tiongkok, tembok ini dibangun untuk melindungi kekaisaran dari suku-suku nomaden utara terutama Xiongnu, pada saat itu tembok ini belum panjang dan kuat seperti yang kita kenal sekarang, namun tetap menunjukkan ambisi besar yang ditunjukkan oleh Dinasti Qing untuk menjaga stabilitas dan keamanan di dalam wilayah mereka.
Qin Shi Huang dianggap sebagai penguasa otoriter yang memberlakukan kebijakan legalisme yang ketat yang menekankan kekuasaan absolut negara dan menghukum siapa saja yang menentang kebijakannya, kebijakan ini menciptakan rasa takut di kalangan masyarakat sehingga menimbulkan banyak perlawanan, salah satu tindakan yang paling kontroversial adalah membakar hidup-hidup para cendekiawan penganut Konghucu yang menentang ideologi negara dengan tujuan untuk membasmi pemikiran yang dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan Dinasti Qing.
Meskipun Dinasti Qing hanya berlangsung selama 15 tahun, namun peninggalannya sangat besar, meletakkan dasar bagi struktur politik dan sosial yang akan membentuk Kekaisaran Tiongkok selama lebih dari dua ribu tahun. Qin Shi Huang, meskipun sering dianggap sebagai seorang tiran, namun ia juga dikenal sebagai kaisar pertama yang berhasil menyatukan Tiongkok di bawah satu bendera, yang membuka jalan bagi kejayaan lebih lanjut di masa depan pada dinasti-dinasti berikutnya.
Masa Kejayaan Kekaisaran China
Masa kejayaan Kekaisaran Tiongkok adalah periode panjang dengan pencapaian luar biasa di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, budaya, dan teknologi. Tiga dinasti utama yang sering dianggap sebagai puncak kekaisaran Tiongkok adalah dinasti Han, Tang, dan Ming. Masing-masing dinasti ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan Tiongkok sehingga menjadikannya pilar penting dalam sejarah negara tersebut.
Dinasti Han (206 SM – 220 M)
Dinasti Han adalah salah satu dinasti paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok yang sering disebut sebagai “Masa Kejayaan” pertama Kekaisaran Tiongkok. Setelah jatuhnya dinasti Qin, Han mengambil alih dan memperkenalkan sistem pemerintahan yang lebih stabil dan berkelanjutan. Selama periode ini, terjadi kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, sastra, dan seni di Tiongkok.
Salah satu pencapaian terbesar pada masa ini adalah terciptanya Jalur Sutra yang merupakan jalur perdagangan darat yang menghubungkan Cina dengan Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Jalur Sutra memfasilitasi pertukaran barang, budaya, dan ideologi antara Timur dan Barat sehingga menjadikan Tiongkok sebagai pusat perdagangan global pada saat itu.
Han juga memperkuat pemerintahan pusat dengan melembagakan sistem ujian pegawai negeri yang memungkinkan individu dari latar belakang yang berbeda untuk berpartisipasi dalam administrasi berdasarkan kemampuan mereka, bukan berdasarkan keturunan. Sistem ini menciptakan birokrasi yang lebih efisien dan lebih adil yang menjadi model bagi pemerintahan selanjutnya.
Selain itu, Konfusianisme menjadi ideologi resmi negara pada masa Dinasti Han yang memberikan landasan moral dan etika yang kuat bagi masyarakat Tiongkok. Pemikiran Konfusius menekankan keharmonisan sosial, kewajiban moral, dan hirarki keluarga yang menjadi elemen inti dari budaya Tionghoa.
Dinasti Tang (618-907 Masehi)
Dinasti Tang dianggap sebagai “Masa Kejayaan” kedua dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok. Pada masa ini Cina mencapai tingkat kemakmuran tertinggi dalam hal ekonomi, budaya dan juga kekuatan militer, tentu saja para kaisar seperti Taizong, Xuanzong dan lain-lain memperoleh banyak wilayah untuk kekaisaran ke Asia Tengah, Korea, Vietnam dan dengan demikian memantapkan dirinya sebagai kekuatan dominan di tingkat regional.
Ibu kota Chang’an adalah salah satu kota terbesar dan terkaya di dunia dengan populasi lebih dari satu juta orang. Chang’an tidak hanya menjadi pusat politik tetapi juga pusat budaya dan intelektual yang menarik para cendekiawan, seniman, dan pedagang dari seluruh dunia. Kota ini terkenal dengan arsitekturnya yang megah, taman-taman kuil yang merupakan cerminan kemegahan Dinasti Tang
Salah satu aspek penting dari Dinasti Tang adalah perkembangan seni sastra. Puisi menjadi bentuk seni yang sangat dihargai selama periode ini dengan penyair terkenal seperti Li Bai dan Du Fu yang menghasilkan karya-karya abadi yang masih dipuja hingga saat ini, lukisan kaligrafi juga mencapai puncaknya dengan karya-karya yang menampilkan keindahan alam sehari-hari di Tiongkok.
Dinasti Tang juga dikenal dengan keragaman toleransi budayanya yang luar biasa. Agama-agama seperti Buddha, Taoisme dan Konfusianisme hidup berdampingan dengan damai sementara pengaruh asing termasuk dari India, Persia dan Arab memperkaya budaya Tiongkok. Agama Buddha terutama berkembang pesat selama Dinasti Tang di mana banyak patung-patung kuil didirikan di seluruh negeri.
Dinasti Ming (1368 – 1644 Masehi)
Dinasti Ming adalah masa kejayaan ketiga Kekaisaran Tiongkok, yang ditandai dengan stabilitas politik, kemajuan ekonomi, dan pencapaian maritim yang luar biasa. Setelah mengusir kekuasaan Mongol dari Dinasti Yuan, Dinasti Ming memulihkan kekuatan asli Tiongkok dan membangun kembali identitas nasional yang kuat.
Di antara pencapaian mereka yang paling signifikan adalah serangkaian ekspedisi laut yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He). Dari tahun 1405 hingga 1433, Cheng Ho memimpin tujuh pelayaran besar-besaran ke Asia Tenggara, India, Timur Tengah, dan Afrika Timur. Misi-misi ini tidak hanya memperluas pengaruh Tiongkok di wilayah-wilayah ini; tetapi juga memperkenalkan dunia luar pada banyak kemajuan teknologi dan kekayaan budaya Tiongkok. Cheng Ho membawa pulang berbagai komoditas eksotis, hewan langka, dan pengetahuan baru yang memperkaya budaya Tiongkok.
Selain prestasi maritim; kemajuan arsitektur dan konstruksi di bawah dinasti ini juga patut disebutkan. Pada masa inilah Tembok Besar Tiongkok diperluas dan diperkuat untuk melindungi negara dari serangan suku-suku nomaden di utara. Sebagian besar dari apa yang kita lihat hari ini sebagai bagian dari Tembok Besar adalah hasil dari upaya pembangunan kembali sepanjang era Dinasti Ming.
Zaman Ming juga menyaksikan kebangkitan artistik dengan kerajinan tangan seperti porselen biru-putih yang terkenal menjadi salah satu komoditas ekspor utama Tiongkok. Lukisan & kaligrafi juga berkembang dengan gaya yang lebih ekspresif.
Secara ekonomi, Ming memperkenalkan reformasi agraria yang membantu meningkatkan tingkat produksi pertanian bersama dengan kemakmuran rakyat. Sistem pajak yang sedikit lebih adil ditambah dengan kebijakan perdagangan yang bijaksana semakin mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan selama periode ini jika dibandingkan dengan era lainnya.
Kejatuhan Kekaisaran China
Kejatuhan Kekaisaran Tiongkok merupakan suatu proses yang rumit dan panjang, melibatkan berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi stabilitas politik, ekonomi, serta sosial negara tersebut. Periode ini secara khusus diarahkan pada Dinasti Qing sebagai dinasti terakhir yang memerintah China mulai tahun 1644 hingga 1912.
Penyebab Internal Gagalnya Kekuasaan
Meskipun Dinasti Qing mengalami masa keemasan pada masa pendiriannya di mana mereka menaklukkan wilayah-wilayah baru atau menjaga keamanan tetap terjaga, tanda-tanda kemunduran sudah muncul pada abad kedelapan belas. Salah satu alasan penting atas kejatuhan mereka adalah adanya korupsi yang merajalela di lingkungan pejabat kerajaan. Dalam beberapa abad terakhir sistem kekaisaran yang telah menjadi pilar utama stabilitas mulai runtuh karena tidak kompetennya para pejabat dalam mengelola pemerintahan.
Terlebih lagi beban pajak yang sangat tinggi bagi rakyat untuk mendanai pembangunan besar-besaran serta gaya hidup megah para elit semakin memperburuk keadaan sosial. Rakyat semakin tidak puas dengan pemerintah pusat terutama para petani yang tertindas kelaparan akibat bencana alam.
Pemberontakan Intern
Keresahan akhirnya meletus menjadi pemberontakan berskala besar yang menggerogoti kekuasaan dinasti Qing. Pemberontakan Taiping (1850-1864) adalah salah satu pemberontakan terbesar dalam sejarah yang dipimpin oleh Hong Xiuquan yang mengaku sebagai adik dari Yesus Kristus dan berusaha untuk menggulingkan Dinasti Qing demi sebuah kerajaan baru yang didasarkan pada sosialisme awal dan agama Kristen. Pemberontakan ini sendiri menewaskan lebih dari 20 juta orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah selatan Tiongkok.
Selain Pemberontakan Taiping, Dinasti Qing juga harus menghadapi Pemberontakan Nian (1851-1868) dan Pemberontakan Dungan (1862-1877), yang semakin menguras sumber daya negara dan melemahkan kekuatan militer serta politik pemerintah pusat. Luas dan beragamnya negara ini membuat mereka semakin sulit untuk mengontrol daerah-daerah tersebut sehingga banyak otoritas kekaisaran regional yang mulai runtuh.
Tekanan Eksternal dan Perang Candu
Sementara itu, kekuatan eksternal mendorong lebih keras dari sebelumnya. Pada awal abad ke-19, Inggris mulai memperdagangkan opium dengan Tiongkok yang menyebabkan kecanduan massal dan krisis kesehatan masyarakat di Tiongkok. Ketika pemerintah Qing mencoba menghentikan perdagangan opium, Inggris merespons dengan mengirimkan pasukan untuk melindungi kepentingan komersialnya sehingga memicu Perang Opium Pertama (1839-1842).
Perang ini berakhir dengan penghinaan total bagi Tiongkok yang dipaksa menandatangani Perjanjian Nanking yang sangat merugikan mereka. Di bawah perjanjian ini, Tiongkok harus menyerahkan Hong Kong kepada Inggris, membuka beberapa pelabuhan untuk perdagangan luar negeri di antara banyak konsesi tidak menguntungkan lainnya yang dibuat. Kekalahan ini menandai dimulainya apa yang dikenal sebagai Abad Penghinaan di mana Tiongkok mengalami penghinaan berulang kali di tangan kekuatan Barat.
Perang Candu Kedua (1856-1860) semakin memperburuk situasi dengan kekuatan Barat termasuk Inggris dan Prancis sekali lagi memberlakukan kondisi yang keras terhadap Tiongkok. Kekalahan ini mengekspos kelemahan diplomatik militer Dinasti Qing sehingga semakin kehilangan kendali atas kedaulatan wilayah.
Warisan Kekaisaran China
Warisan Kekaisaran China masih terasa hingga hari ini. Sistem pemerintahan dan birokrasi yang dikembangkan selama kekaisaran telah mempengaruhi struktur pemerintahan modern di China. Selain itu, budaya, bahasa, dan tradisi yang berkembang selama periode kekaisaran masih menjadi bagian integral dari identitas nasional China.
Tembok Besar China, Kuil Surga, dan Kota Terlarang adalah beberapa contoh warisan arsitektur yang menunjukkan kebesaran Kekaisaran China. Seni, sastra, dan filsafat yang berkembang selama masa kekaisaran, seperti Konfusianisme dan Taoisme, terus memengaruhi kehidupan dan pemikiran orang-orang China hingga hari ini. Demikian pembahasan artikel mengenai sejarah kekaisaran china. Semoga artikel tersebut dapat bermanfaat untuk anda. Anda kesulitan meningkatkan nilai? Kami menghadirkan bimbingan Les Privat Edumaster dengan materi yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Jangan lewatkan kesempatan ini!
Komentar Terbaru