Tahukah Anda bagaimana sih cara tepat menghadapi anak kecil tapi sudah pacaran? Seiring dengan gempuran acara hiburan yang bersileweran di jagat maya membuat semua kalangan bisa menikmatinya. Tak terkecuali anak-anak pun anak bisa menikmati tayangan di internet padahal mungkin saja tayangan itu khusus untuk orang dewasa.

Disamping itu disebabkan banyak anak menonton hiburan di televisi atau internet untuk kalangan dewasa sangat mungkin membuat anak dewasa lebih dini.

Pada saat sang anak duduk di sekolah dasar seringkali mendapatkan pengaruh buruk hiburan dari televisi dan gagdet. Hiburan yang dikhususkan untuk kalangan remaja dan dewasa pun ditonton anak. Istilah-istilah orang dewasa pun mulai dikenalnya seperti pacaran. Sehingga sang anak pun mencoba-coba mulai mengenal pacaran sejak dini. Apalagi ada rasa ketertarikan pada dirinya terhadap lawan jenis.

Pada umumnya, ketertarikan anak pada lawan jenis sudah dimulai pada umur tertentu. Untuk anak wanita pada umur 12 tahun umumnya sudah mempunyai ketertarikan pada lawan jenis. Sedangkan untuk anak pria akan mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis atau perempuan sejak umur 13 tahun. Hal tersebut menjadi patokan umum di seluruh dunia berkat hormon-hormon yang telah membentuknya.

cara menghadapi anak sd yang sudah pacaran

Namun kenyataannya banyak anak-anak dari jenis kelamin pria maupun wanita yang belum masanya atau berumur masih sangat kecil seperti anak SD sudah merasakan jatuh cinta atau rasa tertarik pada lawan jenis.

Paling parahnya, mereka tak segan-segan diantara mereka ada yang sudah berpacaran. Inilah yang menjadi permasalahan tersendiri bagi orang tua bagaimana cara tepat menghadapi anak kecil tapi sudah pacaran.

Sebagai orangtua sudah seharusnya mengawasi perkembangan anak. Karena anak SD masih polos pikirannya dan kadang tidak bisa membedakan pikiran yang benar dan salah. Orangtua harus berada di garda terdepan untuk membimbing dan mengarahkan pada jalur yang benar. Apalagi anak usia TK atau SD yang sudah berani berpacaran.

Cara Tepat Menghadapi Anak Kecil Tapi Sudah Pacaran

Anak kecil yang sudah mengalami ketertarikan pada lawan jenis adalah fenomena yang saat ini sudah tak aneh lagi di masyarakat. Salah satu sebabnya adalah lingkungan pergaulan anak yang sering berhubungan dengan pengaruh buruk orang dewasa.

Disamping itu yang sering menjadi pemicu utama berikutnya adalah tontonan di layar kaca atau internet yang sering menggambarkan sesuai hal yang vulgar. Apalagi banyak anak-anak sudah punya HP sendiri.

Saat ini fungsi lembaga sensor sudah sedikit loggar dengan banyaknya tayangan yang tidak mendidik bagi anak-anak di masyarakat. Kadangkala terjadinya campur baur antara tontonan anak-anak dengan tontonan untuk orang dewasa.

Apalagi di internet semua tontonan tak memandang umur. Karena internet banyak diakses oleh semua kalangan. Kalaupun adanya sensor beberapa anak bisa mengakalinya.

Banyak tontonan untuk orang dewasa dan ditonton oleh anak-anak  menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi kita semua. Sesuatu yang tak pantas dilihat oleh anak menjadi hal yang lumrah ditonton oleh anak. Tak aneh jika saat ini sudah mulai banyak anak SD yang mulai jatuh cinta dan tertarik pada lawan jenis layaknya tontonan yang pernah ditontonnya.

penyebab anak pacaran

Jika jaman dulu sangat tabu rasanya seorang anak sekolah dasar tertarik pada lawan jenis apalagi sampai berpacaran. Namun saat ini mulai ada kalangan anak sekolah dasar yang sudah mulai berani untuk berpacaran. Tentu cara tepat menghadapi anak kecil tapi sudah pacaran adalah bersikap tegas.

Sebab berpacaran adalah area orang dewasa yang akan menghantarkannya ke jenjang pernikahan. Bagi kalangan anak-anak yang masih kecil seperti usia SD sangat tidak patut untuk berpacaran. Karena berpacaran apalagi menikah memerlukan kesiapan dan kematangan fisik, mental dan ekonomi.

Cara Menghadapi Anak SD Yang Sudah Pacaran

Setiap zaman mempunyai perkembangan dan ciri khas masing-masing. Pada perkembangan di jaman dulu ketika orang tua mendapatkan anak perempuannya sudah lulus SD atau SMP sering kali langsung menikahkan anak perempuan dengan orang dicintainya. Sekarang tidak lagi.

Hal ini mengingat pernikahan dini mempunyai banyak resiko melihat sang anak yang masih belum matang secara fisik, psikis dan finansial dalam menghadapi kehidupan rumah tangga.

Pada jaman dulu memang anak-anak perempuan lulusan SD khususnya yang sudah memiliki ketertarikan pada lawan jenis sering diorientasikan untuk segera memasuki jenjang pernikahan karena dinilai sudah matang. Namun hal ini terjadi di perkampungan yang tertinggal dalam ekonomi dan pendidikan.

Pada umumnya pernikahan anak selepas lulus SD disebabkan motif ekonomi yaitu dalam rangka mengurangi beban ekonomi orang tua. Dimana anak wanita sering disuruh segera menikah selepas lulus SD.

Sekarang ini tidak sembarang anak laki-laki maupun anak wanita selepas lulus sekolah menengah pertama bisa menikah. Apalagi bagi anak SD yang wanita. Belum cukup umur membuat tidak diperbolehkannya pernikahan antara seorang anak laki-laki dan perempuan yang masih berstatus pelajar atau berumur SD.

Namun demikian untuk berpacaran, negara tidak mengaturnya. Namun agama Islam mengajarkan agar menjauhi zina.Berpacaran merupakan salah satu pintu gerbang menuju zina yang dilakukan oleh anak-anak yang berumur masih kecil. mengingat gaya berpacaran anak jaman now yang sudah kadang melewati batas agama dan norma di masyarakat. Oleh sebab itu, semua orang sepakat untuk kalangan anak SD tidak mengenal dulu pacaran atau tidak diperbolehkan berpacaran.

dampak pacaran terhadap pembelajaran anak

Sekarang ini sudah mulai banyak anak-anak sekolah dasar bahkan lebih muda lagi yang mulai timbul rasa tertarik pada lawan jenis. Namun cara menghadapi anak sd yang sudah pacaran tentunya perlu bijak.

Kalau dalam ajaran agama Islam sudah baligh atau mukalaf. Namun yang menjadi perbedaan dengan jaman dulu, kalau anak-anak jaman dulu umumnya lulusan SMP masih suka sembunyi-sembunyi dalam memperlihatkan ketertarikannya pada lawan jenis.

Namun anak-anak jaman sekarang seperti lulusan SMP ataupun yang masih SD seringkali memamerkan keromantisan mereka di depan umum. Mereka mengumumkan diri sudah berpacaran sejak duduk di sekolah dasar. Sungguh miris bukan.

Penyebab Anak Pacaran

Lalu bagaimana cara menghadapi anak SD yang sudah pacaran? Itu semua menjadi tanggung jawab orangtua untuk menindaknya dan mencegahnya terjadi. Setelah anda mendapatkan anak anda yang masih duduk SD berpacaran maka anda terlebih dahulu mesti mengetahui penyebab anak anda berpacaran.

cara tepat menghadapi anak kecil tapi sudah pacaran

Berikut ini beberapa penyebab anak pacaran yang sebaiknya orang tua tahu.

1.Timbulnya hormon

Timbulnya hormon membuat sang anak mulai menyukai lawan jenis. Nama hormon tersebut estrogen dan bersifat alami khususnya mereka yang sudah menginjak masa remaja atau pubertas.

2.Pembuktian ada yang mau dengannya

Penyebab berikutnya yang membuat anak anda berpacaran ketika masih kecil adalah ingin membuktikan bahwa ada lawan jenis, pria atau wanita yang menyukainya. Ingin membuktikan bahwa dirinya masih laku untuk dijadikan pacar.

3.Pembuktian  bahwa ia normal

Penyebab anak pacaran lainnya adalah dikarenakan ia ingin membuktikan kepada teman-temannya dan dirinya sendiri bahwa ia normal dengan mencintai lawan jenis.

4.Meningkatkan motivasi

Beberapa anak beranggapan dengan memilih berpacaran akan meningkatkan semangatnya untuk belajar.

5.Ikut-ikutan

Ada lagi anak yang memilih berpacaran karena mengikuti trend yang ada. Dimana semua teman-temannnya sudah mempunyai pacar.

6.Menyombongkan diri bahwa ia cantik atau ganteng

Sebagian lagi anak-anak remaja atau anak yang masih kecil memilih berpacaran karena ia merasakan dirinya sangat cantik atau ganteng sehingga banyak yang naksir dan menyukainya dengan jalan berpacaran.

Itulah beberapa penyebab anak pacaran dalam jenjang sekolah menengah pertama, SMA, SMK ataupun sekolah dasar.

Umur Berapa Sebaiknya Anak Berpacaran

Pada usia sekolah dasar seorang anak dilarang oleh orangtuanya berpacaran. Hal tersebut membuat anak usia sekolah dasar bertanya-tanya, “Lalu umur berapa sebaiknya anak berpacaran?”.

Sebagai patokan umum yang sudah baku sebelumnya usia seorang anak laki-laki mulai tertarik pada lawan jenis adalah umur 13 tahun.  Sedangkan usia anak wanita mulai terpikat pada lawan jenis adalah ketika memasuki umur 12 tahun.

umur berapa sebaiknya anak berpacaran

Umur berapa sebaiknya anak berpacaran tentu tak bisa dijawab dengan pasti. Yang penting sebagai patokan untuk anak laki-laki diatas usia 12 atau 13 tahun. Sedangkan untuk anak perempuan di atas 12 tahun. Hal yang paling penting berikutnya setelah menentukan umur tertariknya seseorang pada lawan jenis kemudian melihat dari sikap, pemikiran dan kepribadian.

Berpacaran adalah proses untuk menuju mahligai perkawinan yang sakral sehingga dituntut mental secara psikis dan emosi yang baik. Barulah setelah memenuhi batasan umur ketertarikan pada lawan jenis dan kesiapan mental dan finansial maka  anak diperbolehkan untuk berpacaran.

Sikap Orang Tua Ketika Mengetahui Anaknya Pacaran

Menyikapi sikap orang tua ketika mengetahui anaknya sudah berpacaran tentunya berbeda-beda. Ada orangtua yang terkejut, panik bahkan ada juga yang cuek atau biasa-biasa saja.

Berikut ini beberapa sikap orang tua ketika mengetahui anaknya pacaran, antara lain:

1.Tidak panik

Cara tepat menghadapi anak kecil tapi sudah pacaran adalah tidak panik. Setelah mengetahui anak anda sudah berpacaran tanpa sepengetahuan anda adalah dengan tetap bersikap tenang dan tidak marah. Karena kalau anda sebagai orangtua marah maka sikap anak akan menjadi tertutup sehingga anda tidak bisa berkomunikasi secara terbuka lagi dengan anak.

Padahal sangat penting bagi anda sebagai orang tua mengetahui sudah sampai sejauhmana gaya berpacaran anaknya apakah sehat atau tidak. Apakah sudah benar atau tidak. Jangan sampai gaya berpacaran bertentangan dengan hukum agama dan negara serta norma masyarakat.

sikap orang tua ketika mengetahui anaknya pacaran

2.Membuat persepsi yang sama

Selain itu sikap orang tua ketika mengetahui anaknya pacaran juga bisa lebih bijak. Orang tua bersama anak sepakat memilih persepsi yang sama terhadap apa itu pacaran dan menjalaninya secara positif.

3.Memberikan pengertian pada anak

Orangtua bisa memberikan pengertian pada anak bahwa jaman sekarang pengertian gaya pacaran ini sudah sangat tidak sehat. Orangtua memperbolehkan beberapa hal pada anaknya dalam berpacaran dan melarang beberapa tindakan dan sikap dalam berpacaran.

Dampak Pacaran Terhadap Pembelajaran Anak

Cara tepat menghadapi anak kecil tapi sudah pacaran tentunya dengan memahami pengaruhnya. Dampak pacaran terhadap pembelajaran anak di sekolah atau di rumah setidaknya ada dua macam, yaitu dampak positif dan dampak negatif.

Berikut ini dampak positif pacaran terhadap pembelajaran anak di sekolah, antara lain :

  1. Meningkatkan motivasi untuk belajar lebih giat, Pada waktu belajar di sekolah maka dengan mempunyai pacar satu kelas maka seseorang mempunyai motivasi kuat untuk mempunyai nilai ujian atau ulangan yang baik sehingga bisa dipuji dan dibanggakan oleh pacarnya sendiri dan pacar akan semakin cinta terhadapnya.
  2. Memperkecil tingkat stres di sekolah, Dampak positif lainnya dari mempunyai pacar di sekolah adalah mengurangi tingkat stres seorang pelajar.

Namun semua dampak positif itu tak sebanding dengan dampak pacaran terhadap pembelajaran anak yang bersifat negatif yang lebih besar. Berikut ini beberapa dampak buruk pacaran terhadap pembelajaran anak, antara lain :

  1. Terjerumus ke hal terlarang dan berbahaya. Salah satu dampak negatif dari berpacaran adalah kemungkinan seseorang terjerumus ke dalam pergaulan bebas, narkoba, minuman keras dll terkait sang pacar yang suka melakukan perbuatan tak terpuji.
  2. Malas belajar. Dampak buruk pacaran dalam pembelajaran anak di sekolah lainnya adalah bisa membuat semangat belajar anak menurun. Mengingat ia sedang bermasalah dengan pacarnya.

Itulah beberapa cara tepat menghadapi anak kecil tapi sudah pacaran. Dengan adanya dampak positif dan negatif, akan lebih baik orang tua memberikan pengertian pada anak agar tidak berpacaran selama masa sekolah atau sebelum dewasa. Karena dampak negatifnya lebih besar yang bisa mengganggu proses pembelajaran di sekolah dan di rumah.